1. Memilih topik
Topik adalah hal pertama yang perlu dipikirkan sebelum mulai menulis, karena topik adalah inti dari sebuah tulisan.Topik biasanya lahir dari sebuah ide yang muncul secara alami, bukan karena sebuah trend atau orderan klien. Tanpa topik, tulisan kita bakalan 'ngelantur' nggak jelas. Pembaca akan kesulitan menemukan visi dan tujuan artikel tersebut dibuat.
Kebanyakan blogger membuat artikel tanpa berlandaskan topik. Mereka hanya bermodal judul yang “indah” alias sedap dipandang mata, tanpa isi yang jelas.
Untuk mencari ide yang akan dijadikan topik, biasanya saya blogwalking ke blog teman atau main ke forum dan tak lupa nongkrong di media sosial. Banyak berita atau info segar yang muncul dari member atau update para teman di media sosial yang bisa kita jadikan menjadi sebuah ide artikel.
2. Utamakan User Experience
User experience atau pengalaman pengguna.Poin ini saya masukkan sebagai poin pertama karena saya anggap sebagai elemen paling penting dalam menulis artikel SEO friendly. Dan nantinya, poin-poin lain yang ada ditulisan ini juga banyak berbuhungan dengan user experience atau biasa disebut UX.
Kenapa user experience ?
Karena sangat susah dimanipulasi.
Tidak seperti backlink dan konten, user experience sangat susah dimanipulasi karena diluar kontrol kita sebagai pemilik web. Jadi, tidak heran jika inilah salah satu faktor penting yang digunakan Google untuk meminimalisir manipulasi ranking di search engine mereka.
Maksud dari user experience di sini adalah aktivitas dan respon user ketika mereka menjelajahi blog kita. Mulai dari berapa lama mereka membaca, respon terhadap artikel yang dibaca, berapa halaman yang mereka buka, bagian-bagian web mana yang mereka klik, dan sebagainya.
Logikanya, semakin lama dan betah mereka di suatu web, maka makin berkualitas isi dari web tersebut.
Meski soal ini masih menjadi perdebatan, tapi banyak yang berpendapat bahwa Google bisa melacak hampir seluruh aktivitas browsing kita, meski tanpa menggunakan properti mereka seperti Google analytic, Google toolbar ataupun Google chrome.
Temuan dari seorang member Blackhatword bernama John Limbocker yang diulas disini sedikit membuka mata saya soal bagaimana Google menggunakan user experience sebagai salah satu faktor perankingan situs.
Jadi se-expert apapun tekik penulisan artikel SEO Anda, jika tidak memperhatikan user experience maka kemungkinan besar hasilnya tidak akan maksimal.
Apa saja yang masuk ke dalam kategori user experience ? Banyak.
Konten yang berkualitas adalah salah satunya.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi user experience misalnya :
Desain Website / Blog yang profesional
Navigasi yang mudah
Ukuran dan jenis font yang mudah dibaca
Meminimalisir kesalahan ejaan (typo)
Interaksi yang baik (komentar, diskusi, share, dsb)
Kecepatan loading
Responsive design
dsb.
Inti dari UX adalah, menyajikan konten dan website yang berkualitas dengan menempatkan pembaca sebagai sasaran utamanya.
3. Riset Keyword
Setelah topik didapat, selanjutnya membidik keyword (kata kunci). Ada dua jenis kata kunci.Longtail keyword (kata kunci panjang) lebih cocok untuk judul artikel yang mendetail (panjang).
Short keyword (kata kunci pendek) akan ‘klop’ di terapkan pada judul yang simpel tapi menarik.
Gunakan tool pada Keyword Planner atau Ubersuggest dalam menentukan keyword dengan volume pencarian tinggi tapi low competitor. Banyak artikel dari teman blogger yang membahas mekanisme kedua tool tersebut (silahkan ber-googling ria..ya).
Untuk target kata kunci, pilih longtail keyword. Contohnya keyword untuk artikel ini yaitu “cara membuat artikel seo”.
Logika sederhana nya, jika kata kunci panjang yang ditargetkan, kata kunci pendeknya pun kemungkinan bisa kita dapatkan.
Alternatif lain untuk riset keyword yaitu melalui “telusuri analytic” pada search console.
Cara ini lebih realistis jika blog sudah terisi banyak artikel. Tujuan nya untuk membuat artikel turunan dari artikel yang sudah ada dengan memakai kekuatan internal link.
4. Tulis Artikel Panjang
Banyak yang berpendapat semakin panjang artikel maka semakin baik pula peringkatnya di search engine.Pendapat ini bisa benar, bisa juga salah. Lagi-lagi balik ke poin pertama, tergantung dari user experiencenya.
Kalau Anda bisa menulis artikel yang panjang dengan tetap mengutamakan user experience maka tentu saja itu lebih bagus. Namun jika Anda bersikeras menulis artikel panjang hanya untuk memenuhi target SEO (dengan isi artikel acak-acakan dan muter-muter) saya rasa cara Anda tersebut tidak akan efektif.
Apa yang saya maksud dengan artikel panjang dan dalam ?
Maksud saya adalah artikel yang tidak hanya panjang (banyak) jumlah kata-katanya, tetapi juga membahas topik secara mendalam (lengkap dan menyeluruh).
Dalam bahasa inggris sering disebut dengan istilah in-depth content.
Analisa Backlinko.com terhadap 1 juta pencarian di Google baru-baru ini mendapati bahwasanya rata-rata panjang artikel di halaman 1 SERP adalah 1.890 kata.
5. External Linking ke Authority Site yang Relevan
Banyak yang salah kaprah soal ini. Karena takut peringkat webnya jatuh jika memberi link keluar maka banyak yang menggunakan link nofollow ketika melakukan external linking.Pendapat saya, selama external link Anda ke web-web authority yang relevan dengan topik tulisan, maka memberi dofollow link tidak akan memberi efek buruk ke web Anda. Malah sebaliknya, Google akan melihat web Anda sebagai web yang bagus karena selalu mereferensikan web-web yang sudah di percaya.
External link ke web-web yang berkaitan dengan topik bahasan juga membantu pembaca untuk mendapatkan sumber-sumber referensi lain yang akurat.
Tips :
Ketika melakukan external link, gunakan attribut dofollow untuk web-web authority yang relevan dengan topik tulisan, dan gunakan attribut nofollow untuk web-web affiliate (jika Anda merekomendasikan produk/jasa).
6. Memasang gambar pada artikel
Gambar adalah bagian penting dari elemen sebuah artikel. Pasang gambar sesuai dengan isi artikel. Pilih gambar dengan tekstur warna yang terang dan jelas agar lebih memancing lirikan mata pembaca.Empat hal penting agar gambar bisa memberi sumbangan SEO untuk artikel anda, yaitu:
Judul gambar usahakan sama dengan judul artikel.
Ukuran gambar jangan terlalu berat untuk loading blog, hal ini justru merugikan.
Alt+tag yang sesuai dengan judul atau url
Pasang link hidup pada gambar (opsional)
7. Masukkan Latent Semantic Indexing (LSI) Keywords
Meski tidak sama persis pengertiannya, LSI bisa di bilang hampir sama dengan sinonim atau related keywords (kata-kata / istilah yang masih berhubungan dengan keyword utama). Simak disini untuk penjelasannya.Misal, Anda sedang menulis tips tentang cara menulis artikel yang SEO friendly (seperti tulisan saya ini :D), maka Anda bisa menambahkan istilah-istilah seperti blog, backlink, theme, plugin, template, Google, search engine, tutorial dan istilah-istilah lain yang relevan, tentunya dengan tetap mengutamakan tulisan yang berkualitas dan enak dibaca.
Contoh lagi jika Anda menembak keyword “baju muslim”, maka lebih bagus jika Anda bisa mengikutsertakan kata-kata seperti busana muslim, baju gamis, abaya atau hijab kedalam tulisan Anda. Anda juga bisa menambahkan istilah-istilah yang berhubungan seperti toko online, belanja, fashion, islam dan sebagainya.
Untuk mencari keyword-keyword LSI Anda bisa memakai Google Suggestion/Autocomplete, Google Related Search atau plugin (untuk wordpress) yang memang mempunyai fitur ini, seperti SEOpressor misalnya.
8. Gunakan Elemen h1, h2 & h3
Elemen heading h1, h2 & h3 digunakan untuk menentukan elemen-elemen terpenting pada suatu halaman website.Di theme-theme default wordpress atau template default blogspot elemen h1 biasanya digunakan untuk Judul website (homepage), H2 untuk judul postingan dan h3 untuk elemen-elemen website yang lain seperti related post dan widget di sidebar.
Struktur theme default dengan h1 dihomepage lebih cocok untuk website-website niche khusus (microniche) karena keyword utama memang berada di homepage. Namun theme jenis ini kurang disukai karena tidak dinamis seperti theme-theme premium yang banyak dijual dipasaran.
Theme dinamis dengan struktur SEO friendly biasanya mempunyai struktur heading yg sama dengan theme-theme default ketika dihomepage, namun berubah ketika di halaman postingan, dengan menempatkan judul postingannya sebagai h1 (bukan judul homepage).
Ketika Anda menulis artikel untuk keperluan SEO, pastikan h1 Anda adalah judul postingan. Untuk h2, Anda bisa menggunakannya di sub title postingan.
Seperti yang saya lakukan di tulisan ini, ke 15 poin yang ada dalam cara menulis artikel seo ini saya tulis dengan menggunakan h2.
9. Optimasi Meta Deskripsi
Menggunakan keyword utama dikalimat pertama agar lebih SEO friendly biasanya membuat postingan jadi agak kaku.Untuk mengakalinya, Anda bisa menempatkan keyword Anda di meta deskripsi (untuk pengguna wp bisa menggunakan plugin AIO SEO Pack, SEO by Yoast atau Platinum SEO Pack). Meta deskripsi inilah yang nantinya menjadi snippet di search engine.
Dengan menaruh keyword di meta deskripsi, Anda bisa lebih leluasa dan luwes dalam menulis artikel untuk user terutama di kalimat dan paragraf pertama.
Perlu diperhatikan bahwa meski meta deskripsi ini hanya dilihat search engine ketika mengunjungi blog Anda, meta deskripsi ini juga dilihat user ketika googling di search engine, jadi pastikan kalimat yang ada di meta deskripsi ini tetap menarik dan mengundang klik, bukan hanya sekedar di jejali dengan keyword-keyword dan LSI nya. Sekali lagi, ini berhubungan dengan user experience utamanya CTR Anda di SERP.
Google membatasi penggunaan meta deskripsi sekitar 160 karakter, jadi olah sebaik mungkin meta deskripsi Anda dalam batasan jumlah karakter ini karena jika melebihi maka deskripsi Anda akan terpotong.

No comments